Kamis, 24 Oktober 2013

Arti Kerata Basa



Dalam bahasa Jawa dikenal apa yang disebut Kerata basa, yang artinya memberi arti kata atau mencari asal-usul kata dengan cara melihat hubungan kedua kata tersebut. Tentu saja hal itu tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Oleh karena itu kerata basa dapat dikatakan sebagai volksetimologie atau etimologi rakyat.
Berikut beberapa contoh kerata basa.
1.    Wedang         :  gawe kadang, ngawe kadang (membuat bersaudara, mengajak saudara). Padahal sesuai dengan arti katanya ‘wedang’ berarti we atau air yang didang yaitu dimasak.
2.    Kutang           :  sikute diutang (sikunya dihutang). Baju kutang itu baju dalam, tidak dapat dikatakan baju yang menghutang siku.
3.    Garwa            :  sigaraning nyawa (sebagian/separuh nyawa/jiwa). Orang yang sudah menikah itu nampaknya dua orang, tetapi sesungguhnya menurut faham sudah bersatu, istri adalah bagian dari suami.
4.    Cangkir           :  nyancang pikir. Orang duduk-duduk minum teh dari cangkir yang tersedia itu berarti “pikiran” mereka telah diikat untuk minum.

Tentu kerata basa serupa itu yang sering masih dipergunakan dalam percakapan kurang tepat. Itulah sebabnya kita sebut sebagai etimologi rakyat. Sedang etimologi yang sebenarnya seperti berikut.
1.    Kata wanita, tidak boleh diartika seseorang yang wani/berani menata atau mengatur. Sebab kata wanita itu erat hubungannya dengan kata to want (ingin sesuatu). Wanita adalah seseorang yang diinginkan oleh seseorang lain (pria).
2.    Kata telepon. Di Sumatra masih ada orang yang beranggapan bahwa kata telepon itu berasal dari dua kata yaitu kata ‘tali’ dan ‘poon’ (pohon). Atau diartikan sebagai kiriman berita dari /lewat tali-tali di pohon. Padahal kita tahu bahwa telepon berasal dari kata ‘tele’ yang berarti jauh dan ‘phone’ yang artinya suara/bunyi. Jadi telepon adalah suara/bunyi yang terkirim dari jarak jauh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar