Apa jadinya jika sejumlah
individu yang memiliki kesamaan terus menerus bertemu dalam waktu yang
berulang-ulang? Bisa jadi mereka akan membentuk sesuatu yang disebut kelompok
sosial. Lalu, apa yang dimaksud dengan kelompok sosial?
Seorang tokoh sosiologi ternama,
Soerjono Soekanto, menjabarkan bahwa kelompok sosial adalah himpunan atau kesatuan
manusia-manusia yang hidup bersama karena adanya hubungan di antara mereka
secara timbal balik, saling memengaruhi, dan didorong oleh kesadaran untuk
saling menolong. Namun tidak semua himpunan individu dapat disebut
sebagai kelompok sosial. Apa saja syarat suatu himpunan manusia dapat disebut
sebagai suatu kelompok sosial?
1. Setiap anggota kelompok
harus sadar bahwa dirinya merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan.
2. Adanya hubungan timbal
balik antara anggota yang satu dengan yang lain.
3. Ada suatu faktor yang
dimiliki bersama seperti persamaan nasib, kepentingan, ideologi, atau tujuan
yang sama.
4. Berstruktur, berkaidah,
dan memiliki pola perilaku.
5. Bersistem dan berproses.
Berikut ini merupakan
klasifikasi kelompok sosial yang ada di masyarakat.
1.
Kelompok Sosial Menurut Besar
atau Banyaknya Anggota Kelompok
a.
Kelompok Primer
Kelompok primer merupakan suatu
kelompok yang para anggotanya saling mengenal secara akrab, hubungan sosialnya
bersifat informal, personal, dan total, yang mencakup banyak aspek dari
pengalaman hidup seseorang. Kelompok ini memiliki ciri-ciri lain yaitu jumlah
anggotanya relatif kecil sehingga masing-masing anggota hubungannya cukup
akrab. Contoh kelompok primer adalah keluarga, kelompok persahabatan, atau
kelompok arisan.
b.
Kelompok Sekunder
Berbeda
dengan kelompok primer, sifat dari kelompok sekunder adalah formal. Selain itu
sifatnya segmental atau terpisah-pisah sesuai dengan kepentingan masing-masing
anggota. Kelompok ini dibentuk berdasarkan asas kepentingan bersama, namun
setiap anggota belum tentu saling mengenal secara personal karena seorang
individu tidak berurusan dengan individu lain secara pribadi, tetapi sebagai
individu yang berfungsi dalam menjalankan suatu peran. Jumlah anggotanya
relatif besar. Contohnya adalah komunitas pecinta reptil se-Indonesia,
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), atau Ikatan Dokter Gigi Indonesia
(IDGI).
2.
Kelompok Sosial Menurut
Proses Terbentuknya
a.
Kelompok Semu
Kelompok semu disebut juga khalayak
ramai, yang artinya kelompok yang bersifat hanya sementara karena terkait oleh
kepentingan sesaat dan tidak terorganisasi. Contoh dari kelompok semu adalah kerumunan
atau massa.
Bentuk-bentuk dari kerumunan adalah:
1) Kerumunan yang bersifat
sementara (causal crowds)
a) Kumpulan yang kurang
menyenangkan (inconvenient aggregations),
contohnya adalah suporter bola yang membuat kerusuhan.
b) Kumpulan orang-orang yang sedang
dalam keadaan panik (panic crowds),
contohnya kerumunan orang yang melihat kabakaran.
c) Kerumunan penonton (spectators crowds), contohnya penonton
konser musik yang berkumpul di lapangan.
2) Kerumunan yang berlawanan
dengan norma hukum (lawless crowds)
a) Kerumunan yang bersifat
immoril (immoral crowds), contohnya
adalah sekumpulan remaja yang menggelar pesta miras dan perjudian.
b) Kerumunan yang bertindak
emosional (acting mobs), contohnya
tawuran antar pelajar.
3) Kerumunan yang
berartikulasi dengan struktur sosial
a) Khalayak penonton talk
show atau pendengar formil dalam seminar (formal
audience).
b) Kelompok ekspresif yang
telah atau sedang direncanakan (planned
expresive group), contohnya kelompok pendemo di depan gedung DPR-MPR.
b.
Kelompok Nyata
Kelompok nyata adalah kelompok sosial
yang konsepnya terorganisasi, kehadirannya selalu konstan atau tetap, dan
proses interaksi sosial antar anggotanya relatif lebih aktif. Kelompok nyata
disebut juga organisasi sosial. Contohnya adalah keluarga luas seperti klan di
Batak, bondoroyok di Sunda, serta dadieh di Bali.
3.
Kelompok Sosial Menurut
Erat-Tidaknya Ikatan Kelompok
Ferdinand Tonnies membagi masyarakat
menjadi dua, yaitu gemenschaft dan gessellschaft.
a. Gemenischaft (paguyuban)
Gemeinschaft adalah bentuk kehidupan
bersama di mana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan
bersifat alamiah serta bersifat kekal. Dasar hubungan tersebut adalah
kesetiakawanan, rasa kesatuan batin, dan kegotongroyongan yang sangat kuat.
Kelompok paguyuban diidentikan dengan masyarakat desa. Kelompok paguyuban
terbentuk secara spontan dalam jangka waktu yang lama karena adanya ikatan
emosional dan kekeluargaan, atau hubungan darah dan kedaerahan yang sama.
Menurut Tonnies, di dalam setiap
masyarakat selalu dapat dijumpai salah satu di antara tiga tipe paguyuban,
yaitu:
1) Paguyuban karena ikatan
darah, yaitu paguyuban yang merupakan ikatan yang didasarkan pada ikatan darah
atau keturunan. Misalnya kelompok kekerabatan.
2) Paguyuban karena tempat,
yaitu paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang berdekatan tempat tinggal,
sehinnga dapat saling menolong. Contohnya rukun warga (RW) atau perkumpulan ibu
PKK.
3) Paguyuban karena ikatan
pikiran, yang merupakan suatu paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang memiliki
ideologi, jiwa, dan pemikiran sama walaupun tidak ada hubungan darah atau
tempat tinggalnya berdekatan. Paguyuban semacam ini biasanya tidak sekuat gemeinschaft by blood (karena ikatan
darah) dan gemeinschaft by place
(karena tempat tinggal).
Paguyuban
memiliki beberapa ciri pokok antara lain:
a) Intimate, hubungan menyeluruh yang mesra
b) Private, hubungan yang bersifat pribadi, yaitu khusus untuk beberapa
orang saja.
c) Exclusive, hubungan tersebut hanya untuk “kita” saja dan tidak untuk
orang-orang lain di luar “kita”.
Kelompok
paguyuban identik dengan masyarakat pedesaan. Berikut ini adalah ciri-ciri
masyarakat pedesaan.
1. Masyarakat pedesaan lebih
erat hubungan sosialnya.
Hal ini dipengaruhi oleh faktor
sistem kehidupan yang atas dasar kekeluargaan.
2. Hidupnya sangat bergantung
pada pertanian yang cara bertaninya masih sangat tradisional dan tidak efisien.
Hal ini disebabkan belum dikenalnya
mekanisasi dalam pertanian. Biasanya mereka bertani hasilnya hanya untuk
mencukupi kebutuhan sendiri dan tidak untuk mencari keuntungan lebih. Sistem
ini disebut dengan subsitance farming.
3. Adanya sistem gotong
royong dalam lembaga kemasyarakatan.
Pada masyarakat pedesaan tidak
dijumpai pembagian kerja berdasarkan keahlian. Namun biasanya didasarkan pada
usia, mengingat kemampuan fisik masing-masing sangat berbeda. Selain itu,
pembagian kerja juga didasarkan pada jenis kelamin.
4. Golongan orang-orang tua
pada masyarakat pedesaan umumnya memegang peranan penting.
Orang yang dituakan akan selalu
dimintai nasehat atau petuah ketika menemui suatu kesulitan atau masalah.
5. Ditinjau dari sudut
pemerintahan, hubungan antara penguasa dengan rakyat berlangsung secara tidak
resmi.
Segala sesuatu dijalankan atas dasar
musyawarah. Di beberapa desa yang masih terpencil, masih sukar untuk memisahkan
antara kedudukan dengan peranan seorang kepala sebagai orang tua, serta sebagai
pemimpin adat.
b. Gessellschaft (patembayan)
Gessellschaft adalah kelompok sosial
yang merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu pendek,
keanggoatannya didasari oleh perhitungan rasional, berorientasi kepada materi,
dan mementingkan status sosial. patembayan selalu diidentikkan dengan masyarakat
kota yang ikatan kelompoknya relatif longgar, individualistis, dan selalu
mementingkan peningkatan karier. Pada kelompok patembayan,
pertentangan-pertentangan yang terjadi antar anggota dapat dibatasi pada
bidang-bidang tertentu sehingga suatu persoalan dapat dilokalisasi.
Kelompok patembayan yang sering diidentikkan dengan
masyarakat perkotaan memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1)
Kehidupan
keagamaan berkurang bila dibandingkan kehidupan keagamaan di desa.
Hal ini disebabkan cara berpikir masyarakat perkotaan
sudah rasional, didasarkan pada perhitungan eksak, dan berhubungan dengan
realita masyarakat. Memang di kota-kota orang juga beragama. Akan tetapi pada
umumnya pusat kegiatan hanya tampak di tempat-tempat ibadah seperti gereja,
masjid, dan sebagainya.
2)
Orang
kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada
orang lain.
Yang penting di sini adalah manusia perseorangan atau
individu. Masyarakat kota cenderung sukar untuk disatukan dalam keluarga karena
perbedaan kepentingan, perbedaan paham politik, perbedaan agama, atau perbedaan
prinsip.
3)
Pembagian
kerja di antara warga kota juga lebih tegas dan punya batas-batas nyata.
Di kota, tinggal orang-orang dengan aneka warna latar
belakang sosial serta pendidikan yang menyebabkan individu mendalami suatu
bidang kehidupan khusus.
4)
Kemungkinan-kemungkinan
untuk mendapatkan pekerjaan, juga lebih banyak diperoleh warga kota daripada
warga desa, karena sistem pembagian kerja yang tegas.
5)
Jalan
pikiran rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan, menyebabkan
interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada factor kepentingan
daripada factor pribadi.
6)
Mobilisasi
yang cepat di kota mengakibatkan pentingnya factor waktu, sehingga pembagian
waktu yang teliti sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan
seorang individu.
7)
Perubahan-perubahan
sosial tampak dengan nyata di perkotaan. Karena di kota biasanya lebih terbuka
dalam menerima pengaruh luar.
4.
Kelompok Sosial Menurut
Tujuannya
a.
Formal Group (Organisasi
Formal)
Formal
group adalah kelompok yang di dalamnya tersusun cara-cara untuk memobilisasikan
dan mengkoordinasikan usaha-usaha, yang mencapai tujuan berdasarkan
bagian-bagian organisasi yang bersifat spesialisasi. Kalau suatu organisasi
sudah dibentuk, maka diasumsikan kelompok tersebut akan memiliki identitas
tersendiri. Setiap anggota kelompok diharapkan dapat mentaati hak dan kewajiban
masing-masing. Usaha-usaha kolektif para anggota organisasi dapat disebut
sebagai aktivitas formal karena pada organisasi yang memperjuangkan kepentingan
bersama. Contoh dari organisasi formal adalah partai politik, sekolah, PSSI,
dan lain sebagainya.
Berikut ini
adalah ciri-ciri organisasi yang dibentuk menurut cara-cara birokrasi.
1) Tugas-tugas organisasi
didistribusikan dalam beberapa posisi yang merupakan tugas-tugas jabatan.
2) Posisi-posisi dalam
organisasi terdiri dari hierarkhi struktur wewenang, yaitu mulai dari atasan
sampai bawahan yang masing-masing bertanggung jawab terhadap tugasnya.
3) Suatu sistem peraturan
menguasai segala keputusan dan pelaksanaan.
4) Unsur staf yang bertugas
memelihara organisasi dan keteraturan komunikasi dalam organisasi.
5) Penyelenggaraan
kepegawaian didasarkan pada karier.
Dengan
demikian kelompok formal (formal group)
dapat pula diartikan sebagai kelompok-kelompok yang memiliki peraturan tegas
dan dengan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan
antar anggotanya.
b.
Informal Group
Berbalik dengan organisasi formal,
kelompok informal tidak memiliki struktur dan organisasi tertentu. Jadi
kelompok informal atau informal group merupakan kelompok sosial yang tidak
memiliki peraturan, keputusan, dan pelaksanaan yang terorganisasi ataupun
bersifat tegas, untuk mencapai tujuan yang implisit atau bersifat informal.
Kelompok informal terbentuk karena pertemuan-pertemuan yang terjadi berulang
kali dan itu menjadi dasar bagi bertemunya kepentingan-kepentingan dan
pengalaman yang sama.
5.
Kelompok Sosial Menurut
Keanggotaannya
a.
Membership group
Membership group adalah kelompok
sosial di mana setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut.
Pada kelompok membership, ukuran utama bagi keanggotaan seseorang adalah
interaksinya dengan kelompok tersebut, termasuk para anggotanya. Misalnya
Bambang Pamungkas yang menjadi salah satu anggota Tim Nasional Sepakbola.
Ketika berlatih dan bertanding, ia berada dalam kelompoknya secara fisik.
b.
Reference group
Reference group adalah kelompok
sosial yang menjadi acuan bagi seseorang (bukan anggota kelompok) untuk
membentuk pribadi dan perilakunya. Atau dengan kata lain seorang individu yang
bukan anggota kelompok sosial tertentu, mengidentifikasikan dirinya dengan
kelompok yang diidamkan. Contohnya, seorang laki-laki sangat ingin menjadi
polisi. Karena tidak sanggup masuk ke sekolah Kepolisian, ia berperilaku
sebagaimana seorang Polisi dan penampilannya pun dibuat serupa.
Dua tipe umum dari reference group adalah :
1) Tipe normatif, yang
menentukan dasar-dasar bagi kepribadian seorang individu. Tipe normatif
merupakan sumber nilai bagi individu, baik yang menjadi anggota maupun bukan
anggota kelompok. Contohnya pejabat yang selalu mengemban amanah rakyat dan
selalu jujur karena mengingat perjuangan para pahlawan yang sangat sulit untuk
meraih kemerdekaan.
2) Tipe perbandingan, yang
merupakan pegangan bagi individu di dalam menilai kepribadiannya. Tipe tersebut
digunakan sebagai perbandingan untuk menentukan kedudukan seseorang, misalnya
status ekonomi seseorang dibandingkan dengan status ekonomi dari orang lain
yang berada di lingkungan masyarakat yang sama.
6.
Kelompok Sosial Menurut
Sudut Pandang Individu
a.
In-group
Kelompok sosial di mana individu
mengidentifikasikan dirinya disebut in-group. Sikap-sikap in-group pada umumnya
didasarkan pada faktor simpati dan selalu mempunyai perasaan dekat dengan
anggota-anggota kelompok. Dua orang siswa sedang membicarakan sekolah mereka.
Ketika yang mereka maksud adalah sekolahnya, maka siswa tersebut akan menyebut
“sekolah kita”, namun jika mereka menyinggung sekolah lain maka yang akan
disebut adalah “sekolah mereka”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa setiap
kelompok sosial adalah in-group bagi anggotanya.
b.
Out-group
Out-group diartikan oleh individu sebagai kelompok yang
menjadi lawan dari in-groupnya. Sikap out-group selalu ditandai dengan suatu
keinginan yang berwujud antagonisme atau antipati. Kecenderungan yang timbul
dari sikap in-group maupun out-group adalah etnosentrisme dan primordialisme.
Setiap individu sedikit banyak akan menganggap bahwa segala sesuatu yang
termasuk dalam kebiasaan-kebiasaan kelompoknya sebagai hal yang paling baik
dibandingkan dengan kelompok lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar