Selasa, 22 Oktober 2013

Mobilitas Sosial



       Fatin Shidqia, hampir seluruh masyarakat Indonesia tahu siapa sosok ini. Ia adalah seorang penyanyi yang memenangkan sebuah ajang pencarian bakat. Fatin adalah fenomena baru di dunia hiburan Indonesia. Bagaimana tidak? Siswi sebuah sekolah menengah di Jakarta ini berhasil merebut hati para juri di ajang tersebut bahkan saat pertama kali audisi. Demam Fatin mencapai puncaknya saat pada grand final beberapa waktu lalu ia sukses mengalahkan kompetitornya yang notabene adalah penyanyi profesional. Jauh lebih berpengalaman dibanding Fatin.
       Tulisan ini tidak akan membahas tentang kehidupan pribadi Fatin Shidqia atau pencapaian yang ia peroleh. Namun bagaimana seseorang yang tidak dikenal masyarakat luas menjadi seorang bintang yang memiliki banyak fans, dan tentu saja materi berlimpah. Fatin telah mengalami perpindahan status sosial dan ekonomi. Fatin telah melakukan mobilitas sosial vertikal naik. Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan mobilitas sosial?
Mobilitas berasal dari kata “mobilis” yang artinya mudah dipindahkan. Berikut adalah pendapat beberapa ahli mengenai definisi mobilitas sosial.
1.     Kimball Young
Mobilitas sosial adalah suatu mobilitas dalam struktur sosial, yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok.
2.     William Kornblum
Mobilitas sosial adalah perpindahan individu-individu, keluarga-keluarga, dan kelompok sosialnya dari satu lapisan sosial ke lapisan sosial lainnya.
3.     Edward Ransford
Mobilitas sosial adalah perpindahan ke atas atau ke bawah dalam lingkungan sosial secara hierarki.
Mobilitas sosial dibedakan berdasarkan tipe dan berdasarkan ruang lingkup.
1.     Berdasarkan Tipe
a.     Mobilitas sosial vertikal
Mobilitas vertikal adalah perpindahan individu atau objek dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat. Pergerakan dari mobilitas sosial ini adalah ke atas (vertikal) naik dan ke bawah (vertikal turun).
1)    Mobilitas sosial vertikal naik (social climbing mobility)
Adalah perpindahan  status sosial seorang individu atau kelompok ke dalam status sosial yang lebih tinggi. Contohnya, karyawan bisa menjadi manager.
2)       Mobilitas sosial vertikal turun (social sinking mobility)
Adalah perpindahan status sosial individu atau kelompok ke dalam status sosial yang lebih rendah. Contohnya, pengusaha kaya raya berubah menjadi miskin setelah mengalami kebangkrutan.
b.    Mobilitas sosial horizontal
Adalah perpindahan status sosial seorang individu atau kelompok dalam lapisan sosial yang sederajad. Mobilitas sosial horizontal tidak menimbulkan pengaruh yang berarti seperti naik atau turunnya pangkat atau skala wibawa seseorang. Misalnya, seorang pemilik jasa fotocopy menjadi pengusaha loundry. Contoh lain adalah seorang guru SMA pindah bekerja menjadi guru di SMK.
c.     Mobilitas sosial lateral
Mobilitas sosial lateral adalah perpindahan individu atau kelompok dari wilayah satu ke wilayah yang lain. Nama lain dari mobilitas lateral adalah mobilitas geografis.
d.    Mobilitas sosial struktural
Adalah mobilitas yang disebabkan oleh inovasi, urbanisasi, pertumbuhan ekonomi, peperangan, dan kejadian-kejadian lainnya yang mengubah struktur dan jenis kelompok-kelompok dalam masyarakat. Contohnya, masyarakat agraris beralih menjadi masyarakat industri.
2.     Berdasarkan Ruang Lingkup
a.     Mobilitas Intragenerasi / intergenerasi
Mobilitas sosial yang dialami seorang individu selama masa hidupnya disebut mobilitas intragenerasi atau intergenerasi. Proses perubahan status dimulai dari individu tersebut lahir ke dunia sampai akhir hayatnya. Peristiwa ini dapat dicontohkan perjalanan seorang individu sejak ia menjadi siswa, mahasiswa, kemudian menyandang gelar sarjana. Setelah itu bekerja menjadi karyawan, lalu pengangguran karena dipecat. Proses sosial tersebut akan berlanjut hingga ia meninggal dunia.
b.    Mobilitas Antargenerasi
Adalah mobilitas sosial yang dialami dua generasi atau lebih. Mobilitas antargenerasi terjadi karena adanya perubahan status sosial antara ayah dengan anak, anak dengan cucu, dan seterusnya. Contohnya, Pak Ahmad adalah seorang guru SD. Dahulu ayahnya hanya seorang petani biasa. Anak laki-laki Pak Ahmad telah menjadi seorang dosen di perguruan tinggi negeri. Itulah yang dimaksud dengan mobilitas antargenerasi.

Faktor-faktor Pendorong Mobilitas Sosial
1.     Status sosial
Setiap individu berhak mengubah status sosial yang diterimanya sejak lahir. Terutama jika status yang melekat padanya tidak cukup membuat puas. Namun sifat sistem pelapisan sosial di lingkungannya juga akan berpengaruh terhadap usahanya. Pada sistem pelapisan sosial terbuka, individu memiliki peluang sangat besar untuk melakukan mobilitas sosial vertikal naik. Akan tetapi jika ia berada di dalam sistem pelapisan sosial tertutup seperti sistem kasta, maka akan sulit baginya untuk melakukan mobilitas sosial vertical, bahkan tidak mungkin.
2.     Kondisi ekonomi
Mobilitas sosial dapat dilatarbelakangi oleh keinginan individu untuk meningkatkan taraf hidupnya karena merasa tidak puas dengan kondisi perekonomiannya. Contohnya, individu yang ingin melakukan urbanisasi (mobilitas geografis) untuk mencari pekerjaan di kota besar. Jika tidak memiliki biaya, maka ia tidak akan bisa melakukannya.
3.     Situasi politik
Seorang individu akan mudah berpindah status jika situasi politik negaranya dalam keadaan aman. Investasi berkembang dengan mudah dan cepat, usaha-usaha pun dapat berjalan tanpa gangguan yag berarti. Berbeda halnya dengan Negara yang selalu berperang seperti Israel dan Palestina, atau negara-negara yang berkonflik dengan rakyatnya sendiri seperti Libya, Mesir, Tunisia, dan Yaman. Investor asing enggan menjalin kerja sama ekonomi, masyarakat pun tidak mampu mengembangkan usaha perekonomiannya.
4.     Pertumbuhan penduduk
Pertumbuhan penduduk dapat menjadi faktor pendorong mobilitas sosial ketika tingkat pertumbuhannya tidak seimbang dengan jumlah lapangan pekerjaan. Seseorang akan terdorong untuk melakukan mobilitas geografis jika wilayah asalnya dianggap tidak memberikan lahan penghidupan kepada dirinya dikarenakan jumlah yang terlalu padat.
5.     Keinginan melihat daerah lain
Faktor ini mampu membuat seseorang melakukan mobilitas sosial lateral sekaligus vertikal naik. Contohnya, Adi hanya seorang mahasiswa yang memimpikan bisa melihat Negara Perancis.   Keinginan ini membuat Adi berusaha keras untuk mendapatkan beasiswa ke Negara tersebut. Setelah tercapai, Adi telah melakukan dua mobilitas sekaligus. Lateral, yaitu ia telah berpindah dari Indonesia ke Perancis, dan vertical naik, dari mahasiswa S1 menjadi mahasiswa S2.

Faktor-faktor Penghambat Mobilitas Sosial
1.     Perbedaan ras
Contoh yang nyata adalah sistem apartheid yang menghambat mobilitas sosial masyarakat kulit hitam di Afrika Selatan. Golongan kulit putih sebagai ras minoritas melarang ras kulit hitam berpartisipasi dala pemerintahan, dan tidak memberikan akses dan ruang yang lebih kepada mereka untuk mengembangkan usahanya.
2.     Deskriminasi kelas
Hambatan juga dapat disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap kelas sosial tertentu. Contohnya adalah sekolah-sekolah yang hanya menerima siswa dari kalangan menengah ke atas. Hal ini akan membuat anak-anak dari kalangan menengah ke bawah tidak bisa menuntut ilmu di sekolah tersebut.
3.     Kemiskinsan
Masyarakat miskin tidak memiliki akses yang memadai atas sarana informasi dan pendidikan, sehingga akhirnya tertinggal dari kelompok lain, dan dari generasi ke generasi akan tetap berada pada kelas sosial yang sama. Kemiskinan dapat menghambat seorang individu meraih pendidikan yang tinggi, atau melakukan mobilitas geografis ke daerah lain.
4.     Perbedaan jenis kelamin
Pada masyarakat yang menganut sistem patrilineal, cenderung menganggap bahwa pria lebih superior daripada wanita. Ketika seorang wanita menjadi pemimpin, masyarakat tidak jarang memandangnya dengan sebelah mata dan meragukan kepemimpinannya. Hal ini akan mempengaruhi pencapaian prestasi, kekuasaan, dan status sosial yang dicapai oleh kebanyakan kaum wanita di seluruh dunia.
5.     Pengaruh sosialisasi yang sangat kuat
Dapat dicontohkan pada masyarakat Badui Dalam di Banten. Setiap individu dibesarkan dengan penanaman nilai-nilai sosial yang kuat tentang kearifan lokal di dalam masyarakat tersebut. Hasil dari proses sosialisasi tersebut adalah masyarakat Badui Dalam tidak memberikan ruang bagi kemajuan teknologi dan komunikasi seperti pada masyarakat kota. Mereka khawatir nilai-nilai yang telah lama dipelihara menjadi pudar dengan adanya perubahan sosial.

Saluran-saluran Mobilitas Sosial Vertikal

Mobilitas sosial vertikal dilakukan masyarakat melalui saluran-saluran dalam masyarakat. Pitirim A. Sorokin menyebut saluran-saluran tersebut sebagai sirkulasi sosial (social circulation).
1.     Angkatan Bersenjata
Mobilitas sosial dapat dilakukan melalui lembaga Kepolisian atau TNI. Seorang individu yang berasal dari kelas menengah ke bawah, akan dihargai dengan pangkat yang tinggi ketika dirinya telah memberikan jasa yang besar selama bertugas. Melalui peningkatan karir tersebut, mereka dapat memperoleh kekuasaan dan wewenang yang lebih besar.
2.     Lembaga Pendidikan Sosial
Sekolah dianggap sebagai saluran yang paling intensif dan konkret dalam upaya meningkatkan status sosial. Sekolah dianggap sebagai “social elevator”. Lembaga pendidikan merupakan salah satu saluran mobilitas yang paling mudah dimasuki oleh berbagai kelas sosail masyarakat. Gelar pendidikan yang diperoleh seorang seperti Sarjana, Doktor, atau Profesor juga akan meningkatkan kedudukan sosial orang tersebut di masyarakat.
3.     Lembaga Keagamaan
Agama dianggap sebagai lembaga yang luhur dan penting dalam masyarakat. Para pemuka agama seperti Ulama, Pendheta, Pastor, dan Biksu selalu menempati kedudukan tertinggi di lingkungan sosialnya. Bahkan pada masyarakat dengan sistem kasta, status sosial tertinggi adalah Brahmana atau kaum agama.
4.     Lembaga Ekonomi
Individu yang berhasil membangun dan mengembangkan kekuatan ekonominya, baik swasta maupun milik pemerintah, akan menempati kelas sosial yang tinggi. Setiap orang pasti memilki keinginan besar untuk tidak hanya menjadi karyawan biasa di suatu perusahaan, tetapi berjuang untuk menduduki jabatan sekelas manager atau bahkan direktur. Dengan memiliki perekonomian yang kuat, maka setiap simbol status sosial dapat dengan mudah diperoleh seperti mobil mewah, rumah mewah, atau barang-barang ber-merk. Contoh lembaga ekonomi adalah bank, perusahaan tekstil, home indutry, dan lain sebagainya. 
5.     Lembaga Politik
Partai politik dapat memberikan peluang besar bagi para anggotanya untuk menaikan status sosialnya. Apalagi bila individu yang bersangkutan memiliki kemampuan bernegosiasi, berstrategi, atau yang lainnya.

Prinsip Umum Mobilitas Sosial Vertikal

Prinsip-prinsip umum yang sangat penting bagi gerak sosial vertikal adalah sebagai berikut.
1)       Hampir tak ada masyarakat yang sifat sistem lapisannya mutlak tertutup, di mana sama sekali tak ada gerak sosial yang vertikal.
2)       Betapapun terbukanya system lapisan dalam suatu masyarakat tidak mungkin mobilitas sosial vertikal dilakukan dengan sebebas-bebasnya, sedikit banyak akan ada hambatan-hambatan. Apabila proses gerak sosial tersebut dapat dilakukan dengan sebebas-bebasnya, tidak mungkin ada startifikasi sosial yang menjadi ciri tetap dan umum dari setiap masyarakat.
3)       Mobilitas sosial vertikal yang umum berlaku bagi semua masyarakat tak ada, setiap masyarakat mempunyai ciri-ciri sendiri bagi gerak sosialnya yang vertikal.
4)       Laju gerak sosial vertikal yang disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi, politik, serta pekerjaan adalah berbeda.
5)       Berdasarkan bahan-bahan sejarah, khususnya dalam gerak sosial vertikal yang disebabkan faktor-faktor ekonomis, politik, dan pekerjaan, tak ada kecenderungan yang kontinyu perihal bertambah atau berkurangnya laju gerak sosial. Hal ini berlaku bagi suatu negara, lembaga sosial yang besar, dan juga bagi sejarah manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar